Desa Petir di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, dikenal sebagai salah satu wilayah yang rawan bencana longsor. Berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sebanyak 26 dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi longsor. Bencana ini telah menelan korban jiwa dan menyebabkan kerugian materiil yang besar di beberapa desa. Salah satu contoh tragis terjadi di Desa Petir pada November 2023, di mana longsor menewaskan sepasang suami istri. Kejadian tersebut menegaskan perlunya tindakan pencegahan. Merespons ancaman tersebut, terbentuklah Desa Tangguh Bencana (Destana) Desa Petir melalui Surat Keputusan (SK) yang bertujuan meningkatkan kemampuan desa dalam mengenali ancaman serta mengorganisir sumber daya untuk mengurangi risiko bencana. Pedoman ini mengacu pada Peraturan Kepala BNPB No. 1 Tahun 2012 tentang Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana).
Namun, pembentukan Destana saja tidak cukup. Anggota Destana memerlukan pelatihan berkelanjutan tentang kebencanaan dan karakteristik desanya. Meskipun BPBD Kabupaten Bogor telah memberikan pelatihan awal, hal tersebut perlu diperkuat secara berkala. Destana Desa Petir selama ini lebih fokus pada penanganan pasca-bencana, tanpa rencana program pra-bencana yang solid. Menyadari hal ini, Tim PKM-PM LandMit dari IPB University, yang dipimpin oleh Avrill Khayyira dan beranggotakan Windy Dwi Aryanti, Fitri Wannisha Bilqist, Nifa Nakita Putri, serta Jose Chalvin Timothy H, mengusung program dengan metode Participatory Learning and Action. Metode ini melibatkan anggota Destana secara langsung dalam pembelajaran dan pemantapan pengetahuan kebencanaan. Kegiatan edukasi dan aksi yang mereka lakukan mencakup pengenalan karakteristik zona merah melalui maket 3D, edukasi pembuatan Early Warning System, studi kasus bencana dengan observasi dan Focus Group Discussion (FGD), serta simulasi posko siaga bencana. Tidak hanya itu, Tim PKM-PM LandMit juga merencanakan langkah nyata mitigasi jangka panjang, seperti penanaman vetiver yang dikenal mampu mencegah longsor karena kekuatan akarnya yang dalam. Program ini telah dilakukan sejak bulan April sampai bulan Juni. Program ini juga mendapatkan tanggapan positif dari perangkat desa dan anggota Destana Desa Petir. Antusiasme anggota Destana terlihat dalam memahami materi yang disampaikan dan keinginan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Program ini tidak berhenti sebatas itu, mereka berencana menjalin dan telah mengajukan kerja sama dengan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB serta komunitas edukasi kebencanaan seperti Educana untuk mendukung kelanjutan program ini. Dengan demikian, Desa Petir diharapkan terus mengembangkan edukasi dan keterampilan mitigasi bencana longsor, termasuk pengembangan alat atau media pencegah longsor. “Semoga Destana Desa Petir dapat menjadi destana percontohan bagi desa lain yang menghadapi masalah serupa,” ujar Avrill Khayyira menutup pernyataannya, penuh harap akan masa depan yang lebih aman bagi Desa Petir. -NNP-